Roti Kembang Waru Sebagai Warisan Legendaris Kotagede


Oleh Admin | Jumat, 03 Mei 2024 07:16 | 1144 kali

Pak Bas, Legenda Roti Kembang Waru Kotagede

Trivia

Travelovers - Mengenal salah satu warisan legendaris di Yogyakarta, roti kembang waru Pak Bas.

Yogyakarta, kota budaya yang kaya akan sejarah dan tradisi, tak hanya terkenal dengan gudegnya yang lezat. Sebuah kecamatan di selatan Yogyakarta, Kotagede, terdapat warisan kuliner legendaris yang tak boleh dilewatkan, roti kembang waru. Roti manis ini bukan sekadar camilan biasa, tetapi juga simbol sejarah dan budaya Kotagede yang telah dilestarikan selama bertahun-tahun.

Sejarah Roti Kembang Waru

Kuliner khas Kotagede ini memiliki sejarah yang cukup unik dan berkaitan erat dengan keberadaan Kerajaan Mataram Islam. Roti ini berbentuk bulat dan memiliki 8 kelopak yang mengandung filosofi tersendiri. Hal tersebut berkaitan dengan delapan unsur alam, yaitu bumi, air, angin, api, matahari, bulan, bintang, dan langit.

  • Bumi melambangkan sifat kaya hati yang memiliki arti suka berbagi
  • Air menggambarkan sebagai sifat ketenangan hati dan batin dalam menghadapi masalah
  • Angin melambangkan sebagai sifat pemaaf bagi banyak orang
  • Api yang menggambarkan kemampuan untuk menerima semua masalah dan kesulitan sebagai bagian dari pelajaran hidup
  • Matahari melambangkan sinar harapan bagi yang sedang kesulitan
  • Bulan sebagai peneran yang menggambarkan sikap sabar ketika menghadapi masalah
  • Bintang melambangkan kemampuan dan ketangguhan hati dan raga
  • Langit menggambarkan sebagai sifat mengayomi dan melindungi semua orang tanpa pilih kasih

Kuliner yang menjadi hidangan favorit bangsawan mataram islam ini pada awalnya dibuat karena unsur ketidaksengajaan. Pada zaman dahulu, Pasar Legi Kotagede dikelilingi pohon-pohon gayam yang tumbuh subur. Di antara pohon tersebut tumbuh pohon waru yang menjadi cikal bakal bentuk dari roti ini.

Roti Kembang Waru Pak Bas Bu Gidah

Salah satu produsen roti kembang waru yang masih bertahan hingga saat ini adalah Pak Bas dan Bu Gidah. Sepasang suami istri yang tinggal di Bumen KG III/452, RT23/RW06, Kotagede ini sudah mulai produksi sejak 1983.

Lelaki paruh baya yang sudah menginjak 80 tahun ini memliki visi misi dalam membuat usahanya hingga bertahap sampai saat ini dengan konsep 4M.

  • Melestarikan budaya bangsa peninggalan nenek moyang yang adi luhung yang perlu dilestarikan
  • Memberikan hiburan yang sehat dan segar kepada masyarakat
  • Mencari kepuasan batin
  • Menanamkan jiwa nasionalisme dan patriotisme kepada generasi muda yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Selain Pak Bas dan Bu Gidah, anak pertamanya juga turut memproduksi roti kembang waru tetapi menggunakan teknik modern.

Dalam sehari, Pak Bas mampu memproduksi 300 buah roti baik untuk pesanan maupun untuk berjualan di rumah. Roti ini dibandrol dengan harga Rp2.500/buah, serta mampu bertahan selama 5-7 hari tanpa perlu di kulkas.

Kesabaran dan ketekunan Pak Bas dan Bu Gidah dalam mempertahankan warisan kuliner Yogyakarta ini patut kita apresiasi. Roti kembang waru yang mungkin banyak orang masih belum mengenalnya dibandingkan kue khas Jogja lainnya seperti bakpia bisa menjadi alternatif oleh-oleh bagi para wisatawan.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:

Admin PT. Gemilang Media Wisatama Telepon 0812-4960-5055, info@travelxism.com

Hanantomo | Travelxism STIP Batch 6

Baca Juga: Mengenal Tradisi Kenduri Ketupat di Klaten

Share this Article