Pada era modern ini, jarang sekali ada kedai jamu yang bisa bertahan hingga bertahun-tahun lamanya. Rupanya, perubahan gaya hidup dan perkembangan teknologi mempengaruhi selera konsumsi masyarakat banyak, terutama minuman tradisional seperti jamu yang kian semakin hilang pamornya dibanding minuman yang lebih kekinian.
Walau harus bersaing dengan minuman-minuman yang sedang trend, pelanggan kedai Jamu Ginggang tidaklah surut, melainkan sebaliknya. Kedai jamu yang menempati rumah sederhana bercat krem di bilangan Pakualaman, telah melayani pelanggannya sejak 74 tahun yang lalu.
Asep Saepudin | STIP Batch 3 | Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sebagai salah satu pelopor jamu tradisional besar di kota Jogja, kedai ini diresmikan oleh Presiden RI ke-5 Susilo Bambang Yudhoyono dalam “Peresmian Pembukaan Munas ke V" bersama gabungan pengusaha jamu dan obat tradisional Indonesia di Istana Negara Jakarta pada 12 April 2007.
Kedai Jamu Ginggang yang tetap eksis secara turun-temurun menyediakan beragam ramuan jamu seperti beras kencur, galian parem, sawan tahun, ngeres linu, sehat pria dan sebagainya. Sebagai variasi, pelanggan juga dapat meminta untuk jamu pesanannya ditambah dengan telur ayam kampung maupun anggur.